Mengulas Makna Definisi dan Karakterisitik Paham Imperialisme dan Secara Lengkap
Definisi dan Karakter Imperialisme |
1. IMPERIALISME
Imperialisme adalah tahapan tertinggi dan yang terakhir
dari sejarah perkembangan kapitalisme. Karena setelah Abad ke-20, monopoli
mendominasi segi-segi ekonomi dan politik di dalam masyarakat secara utuh di
negara-negara kapitalis besar. Alat-alat produksi maupun kapital uang dikontrol
oleh segelintir kapitalis monopoli. Penguasaan dari kedua hal
tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan oleh industri. Dominasi ini adalah
lonceng kematian bagi sistem kapitalis yang menguasai seluruh dunia.
Adalah sebuah keharusan bagi kita untuk mempelajari
karakter dari imperialisme agar kita mengetahui bagaimana caranya kita
menghancurkannya dalam Revolusi Proletariat Dunia dan Revolusi Nasional kita.
A. LIMA KARAKTER IMPERIALISME
A.1 Konsentrasi Produksi dan Monopoli
Konsentrasi produksi dan monopoli terjadi melalui
perkembangan dan pembangunan industri yang berlangsung cepat, sehingga terjadi
penumpukan kapital di tangan segelintir kapitalis. Ini adalah proses bagaimana
dominasi dan monopoli produksi terjadi dalam masyarakat. Konsentrasi
produksi adalah hasil dari persaingan bebas dan penumpukan
modal (utamanya modal mesin produksi, bahan mentah, dan peralatan
produksi lainnya). Dalam waktu krisis, proses ini akan semakin cepat
berlangsung. Karena banyak kapitalis kecil yang tersingkir atau hancur, dan
segelintir kapitalis besar akan semakin menggurita. Monopoli akan menggantikan
persaingan bebas dan mendominasi produksi dengan total (artinya juga
mendominasi masyarakat). Perkembangan produksi yang cepat mendorong konsentrasi
kapital. Industri besar dengan mesin dan teknologi maju dan memproduksi dalam
skala yang besar adalah industri yng paling tepat untuk keberadaan monopoli.
Konsentrasi produksi dan monopoli akan terjadi melalui berbagai jalan:
a. perjanjian tentang harga dan penjualan yang tidak
konsisten, dan berbasis pada konsensus dan pemenuhan sukarela dari mereka yang
membuat produk.
b. firma kartel dan asosiasi para monopolis.
c. konzern atau perusahaan induk (holding company).
d. merger, dengan berbagai jalan, yaitu: menjadi
anggota dalam cabang industri yang sama, hanya terlibat dalam berbagai
pemrosesan bahan mentah, produsen untuk bahan mentah dan perantara bagi produk
tertentu, terlibat dalam berbagai lini produksi namun berada di bawah satu
korporasi.
Selama waktu persaingan bebas, tipe dari sebuah perusahaan
adalah “murni”, maksudnya adalah perusahaan tersebut hanya memproduksi satu
jenis produk. Akan tetapi selama masa imperialisme, mereka tidak lagi
memproduksi satu jenis produk. Karena para kapitalis monopoli ingin
memjaga rata-rata keuntungan yang stabil melalui menurun atau
(bila tidak) memindahkan pertukaran dalam perdagangan. Walaupun dia mendikte
pasar tapi juga harus melakukan aktivitas tersebut untuk memastikan dan
menjamin mereka dapat memenangkan persaingan di antara perusahaan yang
melakukan merger. Di sini pembangunan teknologi mungkin untuk diakumulasi.
Sehingga pendapatan yang lebih besar juga diperoleh di samping pendapatan umum
yang biasa yang diperoleh. Ini yang memperkuat posisi mereka dalam krisis.
Monopoli dapat dengan sangat menentukan mendominasi seluruh
perekonomian, karena sebagian besar kapital industri dan produksi
terkonsentrasi di tangan segelintir perusahaan besar atau kelompok kecil dari
para kapitalis. Ada tiga tahap bagaimana monopoli tumbuh dari persaingan bebas,
yaitu:
· 1860-1870, puncak dari persaingan bebas di negara kapitalis
pada saat revolusi industri yang dimulai dari Inggris.
· 1873-1890, periode transisi di mana banyak perusahaan dan
kapitalis kecil yang mulai runtuh dan merger atau diakuisisi oleh perusahaan
yang lebih besar.
· 1900-1903, krisis yang semakin membuat kapitalis kecil
runtuh dan dimulainya monopoli.
Kapitalisme monopoli menjadi
fondasi dari sistem kapitalisme di negeri kapitalis. Contoh: Di dekade 80-an,
500 perusahaan terbesar Amerika Serikat menguasai 15% dari seluruh industri,
memperkerjakan 68% buruh, mengendalikan 60% dari total penjualan, dan
mendapatkan 71% dari keuntungan di seluruh dunia.
Monopoli di samping menggabungkan berbagai kapitalis dan
perusahaannya, dia juga menghancurkan mereka. Contoh: Di tahun 1955, terdapat
500 perusahaan terbesar di dunia. Tahun 1986, 186 dari perusahaan-perusahaan
tersebut telah dibeli. Sedangkan 262 dari perusahaan tersebut membeli 4500
perusahaan yang lain. Artinya dari 500 perusahaan terbesar di dunia pada tahun
1955, pada perkembangannya menjadi 186 perusahaan dicaplok atau hancur dan di
lain pihak 262 perusahaan besar yang lainnya tumbuh semakin kuat dan menguasai
perekonomian dunia. Pada dekade 1980-an dan 1990-an adalah era megamerger.
Total nilai merger dan pembelian perusahaan oleh perusahaan besar Amerika
Serikat adalah sebagai berikut: 1975 senilai 12 Milyar Dollar Amerika Serikat,
1981 senilai 83 Milyar Dollar Amerika Serikat, 1985 senilai 200 Milyar Dollar
Amerika Serikat.
Akibat dari dominasi monopoli industri adalah mereka
mengendalikan sumber sumber bahan mentah, produksi, harga dan pasar, teknologi,
ketrampilan produksi, dan pembagian laba. Bahkan perkembangan terkininya adalah
mengendalikan persediaan dan
membuat monopoli dalam harga. Proses penghisapan laba
super yang lebih besar mereka dapat dari buruh dan kapitalis kecil,
bila dalam proses mengeruk laba super mendapat ganjalan akan
menggunakan jalan kekerasan dan memperkuat dominasinya di dalam sprastruktur
(ini yang membuat banyak perang). Kontradiksi yang demikian yang akan membuat
krisis semakin menghebat di era imperialisme.
A.2 Kapital Finans (Uang) dan Oligarki Keuangan
a. Kapital Uang
Selama masa persaingan bebas, bank hanya mediator dalam
penjualan dan pertukaran produk. Bank mengumpulkan pendapatan (uang) dari para
kapitalis dan Rakyat pada umumnya, peranannya pasif. Namun dalam era
imperialisme, uang yang masuk didistribusikan oleh bank melalui pinjaman
sehingga dia mulai masuk dalam kegiatan produksi. Peranan bank menjadi sangat
dibutuhkan oleh kapitalis, karena bank juga dapat digunakan untuk menambah
kapital. Di sini peran bank yang dibentuk oleh kapitalis menjadi aktif (bahkan
kapitalis jugamembangun bank-nya sendiri untuk semakin banyak mengeruk
keuntungan).
Selama masa persaingan bebas, bank dapat laba dari bunga
pinjaman kapitalis. Proses ini yang membuat uang menjadi aktif. Dalam masa
imperialisme, bank tidak hanya dapat laba dari bunga pinjaman, namun laba
tersebut digunakannya lebih lanjut untuk investasi (menanamkan modal pada
kegiatan produksi). Dalam beberapa kasus
pemilik bank juga seorang kapitalis produksi (atau
sebaliknya), ini yang memudahkan mereka bekerja sama dalam melakukan penanaman
kapital.
Produksi dan keuangan punya hubungan yang saling
menguntungkan satu sama lain, karenanya banyak kapitalis industri yang
membangun korporasi keuangan (bank) sendiri.
Dalam masa krisis dewasa ini di negara terjajah atau
setengah jajahan, bantuan negara imperialis atau lembaga-lembaga imperialis
akan ditujukan pada sektor keuangan, karena imperialisme butuh alat untuk
mendistribusikan kapital dengan cepat (bank adalah pilihan utamanya). Tak heran
di Indonesia, program bantuan IMF utamanya ditujukan pada rekapitalisasi
perbankan.
Contoh: Di tahun 1980 terdapat 12 bank terbesar di Amerika
Serikat yang mengontrol 22% dari kepemilikan lokal dari 14.500 bank (75%-nya
berada di luar negeri). Kelompok Rockefeller mengontrol 16 bank dan berbagai
perusahaan keuangan dengan kekayaan 121,8 Milyar Dollar Amerika Serikat. Di
antara bank juga saling bunuh atau merger. Di Jepang, 20 bank memeiliki
kekayaan 995,8 Milyar Dollar AS. Enam dari bank-bank tersebut memiliki kekayaan
554 Milyar Dollar AS. Di Amerika Serikat, 17 kelompok industri dan keuangan
terbesar mengendalikan 420 korporasi besar. Di antara mereka terdapat 197
kelompok yang memiliki kekayaan 1 Milyar Dollar. Di Jepang, Kelompok “Modern
Zaibatsu” memiliki 190 kelompok anggota (di antaranya Mitsubishi, Fuji, Sanwa, Sumitomo,
Daichi, Kangyo, dan lain-lain). Mereka juga menguasai 8746 perusahaan lainnya.
Karena kapital uang dan oligarkhi keuangan, anggaran
pengeluaran dari pemerintah Amerika Serikat sangat besar. Terutama untuk
menjaga bonds. Di tahun 1981, pemerintah Amerika Serikat setiap
harinya menjual 20 Milyar Dollar AS worth of bonds, 10 tahun kemudian
naik menjadi 124 Milyar Dollar AS. Bonds memiliki bunga
tinggi dan menjadi pendapatan yang tinggi untuk oligarkhi
keuangan. Di IMF, Amerika Serikat mempunyai banyak hutang, tapi dia dapat
menunggak pembayarannya karena menguasai lembaga tersebut.
b. Akibat dari Dominasi Kapital Uang dan Oligarkhi Keuangan
Akibat yang terjadi adalah:
· Dominasi yang cepat dari bank-bank besar.
· Intensifikasi karakter parasit dari Kapitalis Monopoli.
· Penumpukan laba super yang semakin besar.
Bank menjadi pusat distribusi kapital uang ke berbagai
negara (bahkan juga digunakan sebagai alat produksi). Denyut nadi kehidupan
ekonomi masyarakat tergantung dari bank-bank besar dari praktek peribaannya.
Parasitisme dari kapitalis monopoli dilakukan melalui spekulasi, perjanjian
penanaman modal tanpa melibatkan diri dalam proses produksi. Mereka menerima
untung yang berlebihan dari “pajak” yang dibayarkan oleh para kapitalis
produksi untuk pembelian suatu produk atau dari bunga pinjaman. Laba super
mereka dapat dari shares, bonds, commission dalam produksi dan
penjualan.
c. Perubahan yang Terjadi di Negara Imperialis selama
Kapitalisme Monopoli
Imperialisme tidak hanya busuk di lapngan ekonomi, tetapi
juga di lapangan politik. Konsentrasi imperialisme pada kedua lapangan tersebut
akan berjalan berbarengan, karena mereka juga “memerintah” negara lain.
Kapitalis monopoli mempunyai kekuasaan terhadap pemerintah negera imperialis,
mereka merubah karaktek pemerintah dari “perwakilan dari seluruh kapitalis”
menjadi “wakil dari satu kekuatan kapitalis monopoli”. Mereka memegang kendali
yang penuh atas segala segi suprastruktur di dalam masyarakat (politik, budaya
dan alat-alat pelaksananya: pemerintahan dan media massa). Bantuan keuangan
dari kapitalis monopoli adalah bantuan terpenting dan menentukan dalam kegiatan
politik borjuis, misalnya: dana kampanye pemilihan. Bekas bekas aparat militer
dan birokrasi neegara borjuis yang melayani kapitalis monopoli ketika pensiun
akan menjadi pejabat di lingkungan bisnis mereka. Bahkan sebelum menjabat
mereka juga orang penting di dalam bisnis kapitalis monopoli (ingat all
the president’s men di sekitar George W. Bush Jr. Presiden Amerika
Serikat saat ini adalah pemegang posisi penting di industri minyak dan
senjata). Sehingga status istimewa akan didapat dalam bisnis.
Kapitalis monopoli mempunyai asosiasi dalam berbgai
industri yang memonitor kebijakan pemerintah sehingga dapat menguntungkan
mereka. Kebijakan yang penting akan dibuat dan dilaksanakan oleh perwakilan
mereka di pemerintahan (baik eksekutif ataupun legislatif). Kondisi ini yang
akan merubah kapitalis monopoli menjadi kapitalis
monopoli negara. Perang
Dunia I mengintensifkan transformasi kapitalis monopoli menjadi kapitalis
monopoli negara. Contoh: Dominasi fascis di negara Italia, Jerman, dan Jepang.
Di lain pihak, Amerika serikat dan Inggris mempunyai “new deal” atau perjanjian
baru bagi kegiatan ekonomi di antara mereka karena tajamnya persaingan
dan
kontradiksi di antara mereka dalam industri militer. Sampai
sekarang kontrak terhadap bisnis militer menjadi sumber laba super bagi
kapitalis monopoli. Anggaran militer Amerika serikat setelah runtuhnya rezim
revisionis modern di Uni Soviet adalah sebesar 250 Milyar Dollar AS (bandingkan
dengan anggaran mereka pada saat perang dunia I yang sebesar 10 Milyar Dollar
AS). Kompleks industri militer mereka akan selalu menginginkan perang, agar
mereka selalu mendapat permintaan pembelian senjata.
Selama era imperialisme, negara memiliki peran penting
dalam menarik laba super bagi kapitalis monopoli melalui kebijakan yang
memudahkan mereka dalam bisnis di sistem kapitalis. Contoh: Bank Dunia mendikte
kebijakan sebuah negara yang akan “dibantunya” sebagai “konsekuensi” dari
“bantuan”. Cara yang dilakukan sekarang adalah melalui program “globalisasi”,
mereka memindahkan krisis di negara imperialis kepada negara-negara terjajah
atau setengah terjajah untuk menyelamatkan kapitalis monopoli. Penindasan
terhadap rakyat di negeri jajahan atau setengah jajahan membuat banyak
aksi-aksi perlawanan yang dilakukan oleh kelas proletar maupun Rakyat.
Setelah Perang Dunia Kedua, perekonomian di negara
imperialis mengalami pertumbuhan yang cepat. Karena negara saingan
mereka (kekuatan imperialis fascis pimpinan Jerman) mengalami kekalahan perang
yang hebat dan menghancurkan sarana produksi mereka. Bahkan Amerika
Serikat mempelopori kegiatan ekport surplus kapital ke negara-negara tersebut
melalui Marshall Plan. Ini yang mendorong perkembangan besar
dalam produksi kapitalis dari negara-negara imperialis pimpinan Amerika
Serikat. Namun sebelum tahun 1970 pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat berhenti,
karena anarkisme produksi yang mereka lakukan dan menajamnya kontradiksi antara
klas proletar dan borjuis di seluruh dunia. Jutaan buruh dipecat oleh para kapitalis
untuk mengurangi biaya produksi dan tentu saja meningkatkan profit. Dari tahun
1990 sampai 1994.
Dalam situasi tersebut, pajak yang dibayar rakyat juga
bertambah karena negara harus menjaga keseimbangan ekonomi agar sumber kekuatan
ekonomi mereka dari kapitalis monopoli dan imperialisme tidak hancur. Sangatlah
bertentangan ketika Rakyat harus membayar pajak yang tinggi namun di saat
bersamaan juga harus dibebani dengan naiknya biaya pelayanan publik dan sosial
karena negara harus mengurangi subsidinya untuk sektor itu dan dialihkan pada
bantuan penyehatan industri kapitalis monopoli. Penggunaan media massa,
periklanan, dan budaya borjuis sebagai senjata ideologi kapitalis monopoli
dimaksimalkan untuk menjinakkan buruh dan Rakyat. Isu yang lain seperti rasisme
atau praktek neo-fascisme dari pendukung mereka meningkat untuk mengalihkan isu
perjuangan kelas melawan imperialisme.
A.3 Ekspor Kapital
Selama era imperialisme ada polarisasi negara di dunia,
yaitu: negara-negara kapitalis kaya yang diuntungkan dari penanaman modal dan
meminjamkan hutang ke negara yang lain, dan negara-negara yang kekurangan
modal, terjerat hutang, dan selalu mendapat penanaman modal langsung dari
negara kapitalis kaya (jumlah negara-negara ini lebih besar).
Eksport kapital berkembang dari hasil akumulasi kapital.
Agar tidak terjadi krisis over-produksi karena surplus kapital, maka mereka
mengeksportnya ke luar negeri. Alasan utamanya adalah untuk memproteksi dan
menambah pendapatan mereka dan rata-rata keuntungan. Sasaran dari eksport
kapital adalah negara-negara yang terjajah dan setengah jajahan, ini adalah
praktek baru dari kolonialisme atau disebut juga dengan neo-kolonialisme.
Sejak negara terjajah dan setengah terjajah sangat
terbelakang dalam industri, mempunyai sedikit kapital, upah buruh yang murah,
memiliki cadangan bahan mentah yang luas dan harga tanah yang murah, maka
keuntungan dari penanaman modal dari eksport kapital akan didapat.
Bentuk-bentuk dari eksport kapital adalah direct invesment atau
penanaman kapital langsung (bentuk ini utamanya ditujukan di negara setengah
jajahan), pinjaman hutang, bantuan strukturisasi industri manufaktur, bantuan
(semacam hibah), dan lain-lain.
Bagaimana negara-negara imperialis menggunakan eksport
kapital untuk menarik laba super? Statistik
dari PBB menunjukkan bahwa pada dekade 70-an dan 80-an Amerika Serikat
mengalokasikan 72,6 Milyar Dollar untuk penanaman langsung di negara terjajah
dan setengah jajahan (60% di antaranya di kawasan Asia Tenggara). Keuntungan
yang didapat adalah 139,7 Milyar, atau dalam setiap 1 Dollar mereka mendapat
keuntungan 1,2 Dollar. Untuk dekade selanjutnya total penanaman modal mreka
bertambah menjadi 213,4 Milyar Dollar (157 Milyar untuk negara-negara
berkembang dan 52,6 Milyar untuk negara-negara yang sama sekali terbelakang).
Investasi Jepang ke luar negeri di tahun 1989 adalah sebesar 67,5 Miyar Dollar
(terbesar dari semua negara imperialis di tahun itu). Total nilai dari
investasi ke luar negeri mereka adalah 352,4 Milyar Dollar (nomor 2 setelah Amerika
Serikat).
Keuntungan yang didapat oleh negara kaya dari investasi
tidak dapat diketahui secara pasti karena mereka menggunakan transferpricing atau
imbal beli (terutama untuk industri minyak). Cara kerja sistem ini adalah bahan
mentah dan produk dibeli oleh tambahan negara terbelakang dari perusahaan induk
mempunyai harga yang lebih tinggi.
Bagaimana Imperialis mendapat keuntungan dari pinjaman dan
bantuan? Mereka menggunakan pinjaman
dan bantuan untuk mendikte kebijakan ekonomi dan politik dari negara terjajah
atau setengah jajahan yang mereka beri kredit. Dari kontrak besar tersebut
mereka akan membuka pasar untuk kepentingan produk mereka (liberalisasi).
Agar pemerintah bisa bayar hutang, mereka harus menurut
sama imperialisme. Sejak krisis hutang dunia dimulai ada berbagai tahap yang
dilakukan IMF untuk keluar dari krisis dan membayar hutang. Mereka membiarkan
industri dan pelayanan sosial rusak dan dapat pendapatan dari export dan
pekerja-pekerja migran. Mereka juga dapat pemasukan dari perusahaan kebijakan
perusahaan pemerintah untuk membayar hutang.
Pada tahun 1984, jumlah yang mereka dapat dari
negara-negara miskin (mayoritas dari bank komersial) sebanyak $ 20-30 juta.
Kemudian total pembayaran dari dunia ketiga hampir 3 kali lipat dari total
hutang yang mereka dapat untuk keluar dari krisis. Dalam dunia ketiga jumlah
pengangguran sebanyak 1 milyar orang. Mereka hanya mendapat 98 cent perhari.
Tahun 1990 jumlah pengangguran meningkat menjadi 1,3 milyar.
Hutang bisa berupa pinjaman kepada pemerinyah atau swasta,
karena ada perjanjian bilateral, multilateral dengan negara atau intitusi.
Hutang swasta punya bunga yang tinggi dan jangka waktu yang singkat.
· 60% dari total pinjaman dari Jepang kepada negara-negara di
Asia, kemudian sebagian besar pinjaman Jerman juga ke Timur, sedangkan pinjaman
AS yang terbesar ke pemerintahan bonekanya (Israel, Mesir, Polandia (untuk
urusan minyak)). Bagian terbesar dari pinjaman ini adalah bantuan sarana dan
prasarana militer.
Mereka mengatakan bahwa tahun 1960 adalah dekade dari
pembangunan, yang menghasilkan jurang yang luas antara negara kaya dan miskin.
Dekade ini yang pemperburuk kesejahterahan, situasi dan kondisi. Hutang
pemerintah di dalam 12 negara-negara Masyarakat Eropa (European
Community) adalah $ 4.000 Milyar (1994), kemudian meningkat $ 4.900
Milyar (1995). Di negara kaya mereka memakai praktek monopoli untuk menghindari
hutang itu. Banyak bank Jepang meminjamkan uangnya ke pemerintahan Amerika.
Bagaimana negara terbelakang dieksploitasi melalui
perdagangan kolonial? Eksport kapital
menghasilkan penjualan yang sangat besar, aboundant dan bahan
mentah yang murah dan makanan untuk menurunkan biaya produksi dan sehingga
meningkatkan jumlah laba. Di samping investasi langsung , mereka juga
mengeksport mesin dan alat produksi maju, maka negara Dunia Ketiga sangat
tergantung. Ini adalah alasan mereka untuk membuka pasar bagi
eksport industri dari negara imperialis. Monopoli imperialis untuk produk
indusrti (mesin dan BBM siap pakai). Mereka membeli bahan mentah dari negara
Dunia Ketiga. Negara miskin harus mengeksport jumlah besar komoditasnya untuk
mengejar kualitas nilai eksportnya.
Menurut PBB harga eksport dalam negara importir, adalah :
1980-100, 1992-48 (harga barang import lebih mahal dari barang ekspotnya) ini
ratio harga di tahun 1992 kalau mau seimbang harus melipatgandakan jumlah
eksport. Ratio yang tidak seimbang dari ekonomi perdagangan di negara miskin.
Maka mereka selalu defisit (dan meningkat setiap tahun). Mereka harus menjual
terus sumber daya alamnya.
Dari kenyataan ini kemunduran negara miskin adalah
keuntungan bagi imperialime untuk mendapatkan laba yang lebih besar. Jadi sulit
bagi negara miskin untuk maju menjadi negara industri. Bagi Korea Selatan dan
Taiwan menjadi negara industrial dengan alasan politik dari AS untuk melawan
Korea Utara dan China (hanya menjadi dekorasi bagi imperialisme). Mereka
adalah kapitalis yang tergantung, maka sekarang ketika tidak
dibutuhkan jatuh juga. AS harus membantu mereka untuk mengeksport komoditas
yang murah (kain, baju, dan lainnya). Mereka tergantung dalam teknologi dan
pasar (Jepang/AS). Mereka (Korsel/Taiwan) tidak bisa menahan, karena pasar yang
sempit. Teori kapitalis dependen gagal.
A.4 Pembagian Dunia di antara Negara-negara Kapitalis
Bagaimana konsentrasi kapital dan produksi terjadi di
dunia? Dominasi monopoli yang secara
terus menerus akan mengakibatkan konsentrasi kapital dan produksi. Kekayaan
negara dihabiskan oleh beberapa negara imperialis. Monopoli internasional
adalah satu dari karakterisktik imperialisme.
Sebelum PD II alatnya adalah organisasi atau perjanjian
internasional. Setelah PD II, Multi-National Corporation (peruasahaan
dari berbagai negara) dan Trans National Corporation (perusahaan
lintas negara) adalah bentuk monopoli internasional. MNC adalah perusahaan yang
dikendalikan dan berbasis di satu negara (AS, Jepang, Jerman, Uni Eropa). TNC
adalah perusahaan dengan sistem manajemen membagi kepemilikan, penjualan,
manager, dan pekerja, perusahaan dipecah di berbagai negara. TNC muncul di
Eropa, selama masa kapitalis monopoli ketika dua negara atau lebih muncul untuk
melakukan persaingan dengan MNC dari AS, contohnya: 5 MNC terbesar atas produk
konsumsi menguasai 70% pasar dunia. Lima MNC terbesar atas produk otomotif,
pesawat, penerbangan, barang-barang elektronik dan baja menguasai 50% produksi.
Lima MNC terbesar dalam industri minyak, komputer dan media massa memproduksi
sebanyak 40% dari penjualan dunia.
MNC mulai mendominasi setelah PD II karena setelah perang,
industri menurun dan AS hanya satu-satunya negara yang masih kuat sehingga
terjadi akumulasi kapital yang cepat untuk kemudian memacu perkembangan
teknologi di AS. Kapitalis monopoli mendapat keuntungan untuk memperoleh bahan
mentah dan buruh murah di berbagai negara. Negara kapitalis monopoli
bertanggungjawab terhadap bantuan pada MNC untuk melakukan ekspansi industrinya
melalui bantuan resmi (pinjaman pemerintah). Misal: pemerintah
AS jika memberi bantuan (bilateral/ multilateral) pada suatu negara akan selalu
diikuti oleh MNC-nya.
Akibat-akibat yang ditimbulkan dari adanya konsentrasi
kapital dan produksi dalam perkembangan dan hubungan antar negara:
1. Pembangunan yang tidak merata (uneven development) antar
negara industri dan negara miskin.
Pada negara-negara miskin akibatnya: terjadi ekspolitasi
secara terus menerus baik terhadap Rakyat maupun sumber daya alamnya, penurunan
kesejahterahan karena bila terjadi krisis di negara imperialis dan para
kapitalis monopoli memindahkannya ke negara terjajah atau setengah jajahan maka
sektor pelayanan publik akan dipangkas pembiayaannya oleh pemerintah negara
boneka, industrialisasi di negara tersebut terhambat.
Jurang ini yang akan membuat penindasan terjadi semakin
menghebat di negara miskin. Kepentingan imperialisme akan bersinggungan dengan
kepentingan kelas reaksioner di negara miskin (tuan tanah, borjuis komprador,
dan kapitalis birokrat). Dalam kehidupan ekonomi negara tersebut, banyak
kapital yang masuk dalam ke dalam hubungan produksi lama sewa tanah, laba
perdagangan hasil pertanian lebih banyak menguntungkan borjuis komprador dan
kapitalis birokrat yang menguasai distribusinya, dan praktek perdagangan
tengkulakisme atau peribaan semakin merajalela. Sehingga imperialisme tetap
melanggengkan sistem ekonomi lama (yaitu feodalisme atau setengah
feodalisme).
Pembangunan yang sangat lambat dari negara miskin sangat
berguna bagi imperialis. Mereka dipaksa untuk bergantung pada investasi asing,
mesin, dan teknologi tinggi, dan juga harus memberikan bahan mentah dan buruh
yang murah. Imperialis akan mendikte negara miskin untuk menjadi eksportir
bahan mentah yang murah dan menjadi
importir produk maju dari negara imperialis yang mahal. Hal
ini mengakibatkan adanya ketidakseimbangan dari pembangunan lokal di negara
miskin. Oleh karena itu negara miskin tidak akan bisa mempunyai surplus dalam
pendapatan negara. Di berbagai negara persoalan ini meluas pada kelaparan
karena sumber daya nasional disedot habis-habisan untuk membayar hutang,
menutup defisit, dan lain-lain. 40 ribu anak di negara miskin mati karena
kelaparan, kurang gizi, dan malnutrisi. Bahkan di negara miskin juga harus
mengeksport buruh migran yang murah. Kriminalitas dan prostitusi meningkat
karena rendahnya produktivitas.
2. Pembangunan yang tidak merata di antara negara-negara
imperialis.
Sentralisasi kapital dan produksi internasional memperhebat
persaingan antar negara imperialis. Selama PD II, produksi industri AS
meningkat, ketika negara imperialis yang lain colapse. Ini yang
membuat dollar menjadi mata uang yang dominan dalam sistem keuangan
internasional. Ketika kondisi perekonomian megara-negara Eropa Barat dan Jepang
(pada dekade 70-an) bangkit, maka kompetisi dengan AS juga naik. Sekarang
konfigurasinya tetap AS, Jepang dan Uni Eropa (mereka membuat benteng bersama,
namun bukan berarti tidak ada kontradiksi di antara mereka. Peristiwa Agresi
Militer Amerika Serikat di Iraq awal tahun 2003, nyaris mempertajam kontradiksi di
antara mereka).
Walaupun AS menang dalam Perang Dingin, dia lemah dalam
ekonomi, dia terjerat hutang dan defisit anggaran (karena konsentrasi di
militer). Walaupun AS coba untuk memperkuat industrinya, dia tidak bisa
melakukannya karena defisit anggaran, hutang dan rusaknya hubungan dengan
aliansinya sejak dekade 70-an(terutama dengan
negara-negara Eropa Barat non-Inggris).
Dari Eropa pun ada pembangunan yang tidak merata di negara
imperialis. Unifikasi Jerman di tahun 1990 setelah runtuhnya Tembok Berlin,
membuat mereka mempunyai kekuatan produksi dan pasar yang lebih besar
dibandingkan negara lain. Situasi sekarang di Inggris sangat berbeda dengan
dominasi sebelumnya pada pasar dunia di awal berkembangnya sistem kapitalisme
di Eropa.
3. Persengkongkolan dan kontradiksi dalam scope international
Walaupun kapitalis monopoli internasional bersengkongkol
melawan kelas proletar di seluruh dunia dan tetap tidak ada genjatan senjata.
Konsentrasi kapital dan produksi di dunia tetap akan mengurangi jumlah
kapitalis karena saling bunuh. Namun konsentrasi ini akan menambah kapital bagi
kapitalis yang menang. Dan melalui kontradiksi ini, pembagian ekonomi dunia
terjadi di kekuatan imperialis. “Kapitalis membagi dunia tanpa malice,
tetapi sebelum mereka mencapai tingkat konsentrasi yang mendorong mereka untuk
berlindung dalam kaitannya untuk memperoleh laba. Dan mereka membagi negara
berdasarkan jumlah kapital, berdasarkan kekuatan. Sebelumnya tidak ada jalan
untuk mendistribusikan hasil komoditas produk dan kapital. Tetapi kekuatan
berubah menurut tingkat perkembangan ekonomi” (Lenin).
Karena tidak ada perlawanan dari negara sosialis, kekuatan imperialisme
dengan mudah membagi dunia. Saat Perang Dingin imperialisme melawan
habis-habisan. Walaupun mereka bersengkongkol, mereka juga berkompetisi dalam
membagi-bagi kembali negara. Pembagian ini karena krisis over produksi dan
mereka butuh pasar yang lebih luas. Ini yang membuat kompetisi tidak pernah
berhenti. PBB, IMF, WB, G7, WTO, Uni Eropa merupakan persekongkolan
multilateral dan menambah keuntungan mereka yang membawa kehancuran negara
Dunia Ketiga. Di dalam agensi-agensi ini, kapitalis monopoli dari berbagai
dunia bergabung. Tapi partisipasinya sesuai dengan kekuatan komparatif. Karena
AS sangat kuat, maka secara relatif dia yang dominan. Dari sini pembagian dunia
secara ekonomi diantara negara imperialis terjadi.
A.5 Pembagian Dunia di antara Kekuatan Besar
Bagaimana pembagian tersebut dilakukan? Secara bersama-sama dengan konsentrasi menurut pembagian
ekonomi dunia, hubungan di antara negara-negara dimunculkan menurut pembagian
teritorial dunia dalam perjuangan untuk mempengaruhi, perjuangan untuk
kolonialisasi dan neo-kolonialisasi. Selama masa imperialisme, pembangunan
teknologi melaju yang membutuhkan wilayah yang lebih besar untuk meletakkan
surplus kapital dan mendapatkan bahan mentah. Karena alasan itu, mereka
mengintensifkan kebijakan kolonialisasi untuk mengontrolnya dan menjaga dari
pesaingnya. Selama masa kompetisi bebas, kolonialisme diterapkan karena
terdapat kondisi di mana masih banyak wilayah yang “kosong” di dunia. Selama
era imperialisme, kekuatan imperialis sudah membagi dunia dengan total. Saat
itu negara-negara di bagi menjadi 2, yaitu: pengeksploitasi dan yang di
eksploitasi.
Setelah PD II, negara-negara sosialis tumbuh dan meluasnya
gerakan pembebasan nasional di dunia. Maka kekuatan imperialis dunia menghapus
penjajahan (kolonialisme lama) dan merubah menjadi neokolonial. Bagaimana
mereka mengkontrol negara-negara miskin dalam cara neo-kolonialisme? Yaitu
melalui operasi kapital uang (bank). Karena dia yang punya kekuatan terbesar di
atas kekuatan ekonomi dan hubungan internasional. Walaupun era kolonialisme
sudah lewat, tetap ada banyak jalan bagi imperialis untuk mengontrol.
Diantaranya:
1. Melalui cara kriminalisasi. Pemerinyah yang melawan negara
imperialis akan diblokade secara perdagangan, hutang, investasi, tindakan
militer, subversi, spionase, propaganda, dll.
2. Mereka memperlakukan secara tidak adil dalam perjanjian
multilateral/bilateral.
3. Meraka masuk dalam politik dalam negeri, mereka mendukung
para pemimpin dari kelas reaksioner dalam negeri maupun partai politik yang
menjadi representasi kelas tersebut.
4. Mereka mengontrol permintaan senjata dan tekhnologi militer
dan melatih para perwira militer dari angkatan bersenjata pemerintahan boneka
mereka atau kelas reaksioner.
5. Mereka memakai agensi regional dan internasional. Seperti
misalnya: ASEAN, SEATO, dll.
6. Mereka menyerang rakyat dengan serangan kultural dan
praktek ideologisasi borjuasi.
Imperialisme berarti perang dan persiapan untuk perang
Pembagian dunia secara ekonomi dan teritorial telah
lengkap, tetapi kekuatan ekonomi dan politik negara imperialis berubah melalui
pembangunan yang tidak merata mereka. Pembagian dunia yang ada hanya temporer.
Selama era imperialisme, satu kekuatan imperialis hanya
dapat menguasai dengan menghancurkan kekuatan imperialis yang lain. Hasilnya
adalah perang. Ketika kapitalisme masuk ke tingkatan imperialisme, telah
terjadi dua Perang Dunia. Imperialisme juga memanipulasi perbedaan di antara
negara kecil dan lemah untuk saling
perang demi keuntungannya.
Kebanyakan kekuatan senjata imperialis diarahkan kepada
gerakan pembebasan dan proletar. Hanya revolusi proletar yang dapat
memberhentikan perang imperialis. Perang imperialis akan terus terjadi selama
tidak ada gerakan Revolusi Proletariat Dunia.
Walau tidak ada perang, negara imperialis selalu siap untuk
perang. Mereka menjaga tentara mereka untuk selalu siap berperang. Di lain
pihak produksi senjata adalah bisnis yang menguntungkan bagi kapitalis
monopoli. Bagi kapitalis monopoli, perang adalah sumber laba terbesar. Ini
membuktikan bahwa imperialisme akan membusuk dan mengintensifkan kontradiksi
pokok.
B. REVOLUSI PROLETARIAT DI ERA IMPERIALISME
B.1 Kenapa Imperialisme Merupakan Awal dari Revolusi
Sosialis?
Kapitalisme telah berada di tingkatan terakhir, tingkatan
dari transisi untuk menuju ke sistem masyarakat yang lebih tingg, yaitu
sosialis. Kalau sudah mencapai tahap imperialisme, dia akan semakin matang
untuk revolusi sosialis. Dia menciptakan kondisi obyektif untuk
memajukan sejarah dunia ke level baru dan lebih tinggi. Over produksi, monopoli,
oligarkhi, penindasan dan penghisapan di negara-negara miskin adalah praktek
yang mereka lakukan selama ini. Ketika terdapat sosialisasi produksi dan tenaga
kerja pada tingkatan yang tinggi, akan terdapat pula kekacauan sosial karena
adanya akumulasi produksi dan kapital secara perorangan. Krisis umum
imperialisme melewati 3 tahap :
1. Perang Dunia I (1914-1918), disini ada Revolusi Sosialis
Besar Oktober 1917 di Rusia yang dipimpin oleh Kelas Proletar melalui Partai
Bholsevik.
2. Depresi besar di tahun 1930 yang menghasilkan Perang
Dunia II (1939-1945), yang memacu tumbuhnya negara sosialis di Eropa Timur,
China, Korea Utara, Vietnam.
3. Setelah Perang Dunia II, kontradiksi internal yang
destruktif pada sistem kapitalisme. Kemudian Perang Dingin melawan
negara-negara sosialis dan seluruh Gerakan Pembebasan Nasional di berbagai
negeri. Namun pada tahun 1956 terjadi pengkhianatan kaum revisionis-modern
pimpinan Nikita Khruschev di Uni Soviet. Gerakan Komunis Internasional mencatat
bahwa pada tahun 1966 sampai dengan pertengahan 1970 terjadi Revolusi Besar
Kebudayaan Proletar di Republik Rakyat China, dan disusul kemenangan Pembebasan
Rakyat Indochina dan Vietnam terhadap dominasi imeprialis Amerika Serikat.
Leninisme adalah Marxisme di era imperialis dan Revolusi
Proletar Dunia. Marxisme-Leninisme sanggup:
· Mengklarifikasi dan memperbaiki pembangunan teori dan
praktek Revolusi Proletar selama masa imperialisme (hasil gemilang yang dicapai
Rakyat Rusia di tahun 1917, Rakyat Tiongkok 1949, dan Pembebasan Nasional
Vietnam 1945, 1955, dan 1975 adalah bukti nyata kemajuan Marxisme-Leninisme
sebagai ideologi GerakanProletar Dunia).
· Mengklarifikasi kemenangan dan pencapaian dari revolusi
sosialis adalah mungkin di satu negari, karena kapitalisme sudah mematang untuk
revolusi pada era imperialisme.
· Revolusi akan mencapai kemenangannya pada rantai
imperialisme yang terlemah.
· Menekankan pada pentingnya gerakan pembebasan nasional di
negeri terjajah dan setengah-jajahan.
· Kebutuhan akan kepemimpinan kelas proletar melalui
detasemen termajunya dalam sebuah Partai Kelas Proletar Tipe Baru dalam
perjuangan revolusioner rakyat di suatu negara.
· Mengklarifikasikan dan memgembangkan teori dan praktek
Diktatur Proletariat yang akan memimpin masyarakat menuju komunisme.
B.2 Mengapa di era imperialisme, perjuangan
anti-imperialisme di negari terjajah atau setengah jajahan merupakan bagian
dari Revolusi Proletar Dunia?
Kebijakan negara imperialis memyebabkan kemiskinan pada
rakyat di negeri jajahan dan setengah jajahan. Ini yang menyebabkan tujuan
perjuangan anti-imperilame mereka merupakan bagian yang tidak terelakkan dari
Revolusi Proletar Dunia.
Ekspor capital di negara terjajah dan setengah-jajahan
diarahkan pada pembangunan berbagai macam cabang industri yang melayani
kepentingan negara-negara imperialis (industri ini utamanya adalah industri
manufaktur, pengepakan ekspor bahan mentah dan pertanian, atau industri
sekunder yang menyediakan barang konsumsi). Tumbuhnya industri ini yang
melahirkan kelas baru yang maju secara ideologis di dalam masyarakat jajahan
atau setengah jajahan yang masih berbasis sistem ekonomi lama, yaitu:
feodalisme. Kelas baru tersebut adalah kelas proletar yang akan semakin
berkembang dan mematangkan dirinya seperti comrade in arms-nya di
negara-negara kapitalis industri melalui perjuangan kelas yang mereka lakukan
bersama seluruh Rakyat
untuk menghancurkan musuh-musuh kelas mereka (borjuis besar
komprador, tuan tanah feodal, dan kapitalis birokrat).
Dasar dari Gerakan Proletar di negari jajahan dan setengah
jajahan adalah industri dengan teknologi terbelakang seperti yang
ditransformasikan imperialisme tersebut. Karakter yang paling nyata industri
tersebut adalah bukan industri dasar yang sanggup menmbangun industri-industri
menengah dan kecil, kemudian mempunyai kepentingan ekonomi yang berorientasi
pada ekspor bahan mentah, barang konsumsi manufaktur dengan teknologi rendah
dan ekonomi impor yang bergantung pada penyediaan teknologi tinggi dan bahan
jadi dari Negara imperialis. Dalam konsisi yang demikian kelas proletar harus
membangun aliansi yang kokoh dengan kelas-kelas dan sektor-sektor tertindas
lain di dalam masyarakat. Aliansi dasarnya adalah dengan kaum tani yang
tertindas oleh sistem feodal dan setengah feodal lama. Namun dalam perjuangan
revolusioner di negara tersebut kelas proletar tetap harus menjadi pimpinannya.
Karena hanya kelas proletar yang mempunyai analisis yang lebih luas, program
yang jelas untuk perubahan dan memiliki kepemimpinan yang kuat melalui
partainya.
Kepemimpinan kelas proletar yang akan membawa jalannya
revolusi di negeri jajahan dan setengah jajahan berkarakter revolusi demokratis
borjuis tipe baru. Revolusi tersebut bersifat demokratis untuk menghancurkan
basis sistem lama feodalisme yang telah berubah menjadi setengah feodalisme
akibat dominasi imperialisme dan bersifat nasional karena akan menggerkan
seluruh kelas dan kekuatan nasional anti-imperialisme di dalam negeri dengan
aliansi dasar buruh dan tani di bawah pimpinan kelas proletar melalui
partainya. Hari depan yang cerah menuju sosialisme telah menjadi jaminan bagi
arah revolusi. Karena perspektif sosialisme di dalam revolusi demokrasi baru
akan membawa seluruh kekuatan revolusioner di bawah pimpinan kelas proletar
untuk melanjutkan tanpa jeda revolusi sosialis dan pembangunan sosialis setelah
kemenangan total revolusi demokrasi baru. Dalam memimpin revolusi demokrasi
baru, kelas proletar akan tampil dengan konsisten memimpin langsung perjuang
revolusioner bersenjata kaum tani dalam revolusi agraria yang menjadi bagian
terpokok dalam revolusi demokrasi baru untuk meruntuhkan basis kekuasaan
ekonomi, politik, militer, dan budaya kaum borjuis besar komprador, tuan tanah
feodal, kapitalis birokrat, dan imperialisme melalui negara bonekanya.
Demi terjaminnya kemenangan kelas proletar di seluruh dunia
seperti yang dicita-citakan oleh seluruh rakyat semenjak berdirinya Liga
Komunis Internasional di tahun 1848. Maka kelas proletar di negara-negara
kapitalis dan negara-negara jajahan dan setengah jajahan harus bersatu di bawah
gerakan anti-imperialisme dunia dan membentuk
sebuah front persatuan anti-imperialisme di seluruh dunia.
Sesuai dengan situasi sekarang di mana rantai terlemah dari imperialisme berada
di negara-negara jajahan dan setengah jajahan, maka perjuangan revolusioner di
negera-negara tersebut menjadi pusat gravitasi bagi gerakan
anti-imperialisme se-dunia.
B.3 Apakah Revisionisme dan Oportunisme?
Revisionisme adalah usaha-usaha yang secara sistematis dilakukan
untuk merubah prinsip dasar Marxisme tentang perjuangan kelas dan revolusi
dengan cara mengaburkan kontradiksi pokok dan antagonistik di suatu masyarakat
yang harus diselesaikan oleh gerakan proletar, sehingga membingungkan strategi
dan taktik gerakan proletar secara teoritis dan praktek. Aktivitas ini berada
di dalam gerakan proletar itu sendiri.
Revisionisme klasik muncul pada Internasionale Kedua di
tahun 1912 dengan bawah pimpinan utamanya Karl Kautsky dan Eduarde Bernstein.
Mereka berada di dalam partai-partai sosial demokrat di negara-negara Eropa
Barat yang mendukung rezim borjuis di negaranya untuk menaikkan anggaran
militer dan memobilisasi seluruh rakyat (di mana mayoritas kelas proletar)
untuk terlibat dalam Perang Dunia I. Mereka menyangkal hakekat revolusioner
dari Marxisme dan pentingnya diktator proletariat untuk menjamin tercapainya
sosialisme. Selain itu mereka juga mempropagandakan tentang reformisme borjuis
dalam perjuangan melawan imperialisme yang pada hakekatnya menguntungkan
politik kolonialisme dan neo-kolonialisme negara-negara imperialis. Dalam
situasi gerakan proletar demikian ini, Kawan Lenin dengan tegas menentang teori
dan praktek dari revisionisme yang berpura-pura sebagai marxis yang sejati.
Melalui usaha yang brilian Kawan Lenin beserta kawan-kawan proletar
revolusioner Rusia yang tergabung dalam Partai Bolshevik mempertahankan,
memegang teguh, menjalankan dengan konsisten, dan mengembangkan Marxisme
sebagai ideologi kelas proletar. Usaha ini dibuktikan dengan mendirikan negara
sosialis pertama di dunia melalui kemenangan gemilang Revolusi Besar Sosialis
Oktober 1917.
Revisionis modern terjadi di partai-partai komunis yang
telah menang dan memimpin di Uni Soviet dan Eropa Timur. Mereka secara
sistematis merevisi prinsip dasar Marxisme-Leninisme dengan cara menyangkal
keberadaan kelas yang tertindas dan perjuangan kelas, dan karakter proletar
revolusioner di dalam partai dan negara pada masyarakat sosialis. Mereka
menghancurkan hasil karya massa rakyat dalam revolusi sosialis dan pembangunan
sosialis dengan cara merestorasi kapitalisme di negara mereka. Dengan cara ini
mereka menghancurkan partai kelas buruh dan negara yang dibangun dari darah dan
keringat Rakyat dari dalam. Secara internasional, mereka seperti halnya para
pendahulu mereka, kaum sosial-demokrat, di awal Abad XX, juga menyerukan untuk
hidup berdampingan secara damai dengan imperialisme dan membuat ilusi bahwa
sosialisme akan dapat dicapai melalui jalan legal-parlementer yang damai.
Pernyataan ini mengingkari kenyataan tentang pertentangan kelas dan perjuangan
kelas yang antagonistik di dalam masyarakat. Para tokoh utama revisionis modern
adalah Joseph Bros Tito, Nikita Krushchov, dan yang mutakhir adalah Deng
Xiaoping. Perdebatan antara Komite Sentral Partai Komunis Uni Soviet Kongres XX
pada tahun 1956-1960-an dengan Kawan-kawan Proletar Revolusioner di dalam
Partai Komunis Tiongkok di bawah pimpinan Kawan Mao Tsetung adalah puncak dari
perselisihan paham yang berkembang menjadi kontradiksi yang antagonis. Kawan
Mao tetap berpegang teguh pada prinsip dasar Marxisme-Leninisme tentang
perjuang revolusioner melawan imperialisme. Di sini Marxisme-Leninisme mendapat
sumbangan yang sangat berharga dari Pikiran-pikiranMao Tsetung untuk kemajuan
gerkan proletar.
Basis dari revisionisme adalah pengaruh buruk ideologi
borjuis kecil terhadap partai kelas proletar. Pengalaman menunjukkan bahwa
revisionisme baik klasik maupun modern muncul dan berkembang ketika
terjadi borjuasi terhadap partai dan gerakan kelas proletar.
Borjuisasi terjadi karena mereka terjebak dalam serangan politik dan cultural
kaum borjuis dalam praktek politik perjuangan kelas pada awal Abad XX.
Sedangkan yang kedua terjadi karena tidak dipegang dengan teguhnya Marxisme-Leninisme
sehingga partai komunis yang telah menang tidak dapat menjaga para kadernya
yang hidup dalam standar borjuis karena memegang tampuk kekuasaan.
Revisionisme harus kita lawan untuk melakukan konsolidasi
ideologi di dalam partai kelas proletar. Konsolidasi ideologi sangat diperlukan
sebuah partai kelas proletar agar dapat meletakkan garis politik yang tepat
bagi perjuangan revolusioner di negaranya. Garis politik ini yang akan
mengklarifikasikan strategi dan taktik perjuangan revolusioner. Revisionisme
membingungkan banyak kawan, sehingga gerakan menjadi inkonsisten dan terjadi
demoralisasi kekuatan revolusioner. Revisonisme adalah penyimpangan di lapangan
ideologi. Sedangkan dalam praktek di lapangan politiknya adalah oportunisme.
Kita tidak dapat memisahkan perjuangan ideologi melawan revisionisme dan
oportunisme dengan tugas sejarah kita melakukan perjuang revolusioner
anti-imperialisme. Karena pada hakekatnya imperialisme tidak pernah berhenti
menyerang gerakan proletar secara kultural (ideologis), dan bentuk nyata
serangan mereka adalah membawa ide-ide borjuis masuk ke dalam gerakan proletar
untuk melamahkannya seperti terjadi dalam pengalaman kita melawan revisionisme.
Untuk itu yang harus dilakukan gerakan proletar adalah
berpegang teguh pada ideologi kelas proletar termaju dan tebukti mampu melawan
revisionisme, oportunisme, dan liberalisme, yaitu Marxisme-Leninisme dan
Pikiran-pikiran Mao Tsetung. Kemudian kita akan mempraktekkan teori tersebut
sesuai dengan situasi kongkrit masyarkat kita, sehingga kita dapat memberikan kontribusi
pengalaman yang berharga bagi gerakan proletar di seluruh dunia. Hidup
Marxisme-Leninisme dan Pikiran-pikiran Mao Tsetung!!!
Comments
Post a Comment